Large Scale Program in Managing the Silent Killer: Hypertension
"The successful program is evidence that large-scale and comprehensive monitoring and intervention systems can improve blood pressure control,” - Dr. Marc G. Jaffe
Tekanan darah tinggi, atau yang
dikenal pula dengan Hipertensi, merupakan kata yang tidak asing lagi untuk
dipahami. Di Indonesia, data prevalensi di tahun 2013 secara nasional
menunjukkan bahwa 25,8% penduduk
Indonesia menderita penyakit Hipertensi. Dengan kata lain, 1 dari 4 orang warga
Indonesia berusia > 18 tahun menderita Hipertensi. Tentunya angka tersebut
jelas menunjukkan bahwa Hipertensi masih
menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Hal ini berkaitan pula dengan
komplikasinya seperti stroke dan penyakit jantung iskemik yang termasuk dalam 5
penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Data lain menunjukkan bahwa kesadaran terhadap kontrol Hipertensi yang
adekuat pada pasien Hipertensi masih sangat rendah. Masih
sangat banyak masyarakat yang tidak menyadari jika dirinya mengidap Hipertensi.
Hal ini dikarenakan Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala
tertentu tetapi bisa merusak organ
tubuh dan memicu gagal ginjal, stroke, jantung sehingga disebut pula sebagai Silent Killer. Keadaan tersebut ditambah pula dengan manajemen Hipertensi
yang bersifat long-term sehingga sulit
untuk secara konstan menjaga ketaatan minum obat dan perubahan pola hidup pasien
yang berperan penting dalam manajemen Hipertensi.
Tidak berbeda jauh dengan Indonesia, di California
Hipertensi juga menjadi masalah yang cukup besar. Berbagai program dijalankan
untuk mengontrol tekanan darah demi memberikan intervensi terhadap tren Hipertensi
yang selalu meningkat. Sebuah lembaga non profit yang dikenal dengan Kaiser Permanente Northern California
(KPNC)
menjalankan program ber-skala besar yang berhasil mengontrol 90% pasien Hipertensi.
Program ini
dimulai dengan mengidentifikasi warga pengidap Hipertensi. Identifikasi individu
pengidap Hipertensi dilakukan dengan melihat data yang telah ada pada rekam
medik. Pada 2001, hampir 350.000 Pasien Hipertensi terlibat dalam program ini
dan pada 2009 lebih dari 650.000 pasien terlibat. Langkah selanjutnya berupa kontrol
yang baik terhadap guideline yang
digunakan sebagai dasar manajemen Hipertensi. Guideline diperbarui setiap 2 tahun berdasarkan Evidence Based Medicine. Selanjutnya, guideline di distribusikan dalam berbagai
macam bentuk seperti dokumen yang dicetak, e-mail updates, pocket cards,
televised videoconferences, mengunggah
ke internet, kepustakaan online, dan edukasi langsung secara personal.
Pada tahun ke-7, KPNC melakukan
kunjungan medis ke rumah sebagai alternatif dari kunjungan pasien ke pusat
kesehatan. Untuk memastikan akurasi dari pengukuran tekanan darah, petugas
medis yang melakukan kunjungan dilatih menggunakan alat yang telah ter-standarisasi
serta melewati penilaian kompetensi pengukuran tekanan darah secara periodik. Kunjungan
dijadwalkan setiap 2 – 4 minggu dilanjutkan dengan pengaturan dosis medikasi.
Yang menarik, kunjungan ini tidak dipungut biaya sama sekali. Dari proses
kunjungan tersebut, petugas medis yang melakukan kunjungan melaporkan langsung kepada
dokter layanan primer yang selanjutnya secara intensif berhubungan dengan
pasien. Hal ini meng-optimalkan alur kerja dari klinisi serta memberikan jadwal
yang lebih fleksibel kepada pasien.
Program ini juga didukung oleh apoteker dalam bentuk produksi single-pill combination therapy. Terapi
ini dipromosikan ke pasien dan dokter umum melalui e-mail,
materi yang dicetak, pocket card
clinician tools, dan pada pertemuan atau konferensi tenaga medis. Strategi
ini meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dan menurunkan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh obat.
Di Asia sendiri, yaitu di Jepang, program berskala besar sejenis pernah pula dilakukan bertepatan dengan sebuah studi berjudul “Effects of a Long-term Hypertension Control Program on Stroke Incidence and Prevalence in a Rural Community in Northeastern Japan”. Pada studi ini, padak kelompok yang mendapat intervensi penuh dilakukan 5 program, yaitu: (1) Skrining tekanan darah untuk deteksi Hipertensi; (2) Pemberian rujukan pada individu yang beresiko tinggi ke klinik lokal untuk mendapatkan medikasi; (3) Edukasi mengenai Hipertensi di lokasi skrining, kelas khusus, dan kunjungan langsung ke rumah; (4) Pelatihan kepada 150 kader mengenai makanan sehat; dan (5) Edukasi dengan bantuan media massa untuk meningkatkan partisipasi terhadap skrining tekanan darah dan pengurangan konsumsi garam.
Secara spesifik, pelatihan
kepada 150 kader dilaksanakan melalui 10 kelas per tahun yang meningkatkan
pemahaman mengenai stroke dan modifikasi gaya hidup. Lalu, para kader
memberikan edukasi kepada 1000 orang per-tahun
di lokasi skrining tekanan darah dan pusat kesehatan setempat. Pemberitahuan masif
di transmisikan melalui pengeras suara
yang berhubungan langsung dengan jaringan telepon yang biasanya digunakan untuk
pengumuman emergensi seperti kebakaran atau gempa bumi. Pengumuman juga
diberikan sebagai undangan skrining Hipertensi dan pengumuman kelas edukasi
satu minggu sebelumnya. Pengumuman ini diberikan selama 3 menit pada 6:30 AM, 12:30
PM, dan 6:30 PM setiap Kamis. Topik yang dipilih pun bervariasi seputar
pengurangan konsumsi garam, pentingnya diet seimbang dan istirahat yang cukup.
Dari dua
program tersebut, kenaikan kontrol Hipertensi dari 44% menjadi 90% menjadi bukti
kesuksesan program KPNC mengenai Hipertensi. Salah satu tim dari KPNC, Dr. Marc G. Jaffe mengatakan bahwa program yang
sukses ini merupakan bukti bahwa sistem intervensi yang berskala besar dan
pemantauan yang komprehensif dapat mengubah kontrol tekanan darah. Selain itu,
dari Studi yang dilakukan di Jepang, didapatkan kesimpulan bahwa pelayanan
kontrol Hipertensi yang intensif, bebas, skrining yang luas terhadap komunitas
dan edukasi kesehatan merupakan cara yang efektif pada prevensi stroke di komunitas. Intervensi skala besar yang telah berhasil
dilakukan ini tentunya membutuhkan partisipasi dari dokter umum, administrator,
penganalisis data, apoteker, perawat serta dukungan besar dari pemerintah dan
masyarakat itu sendiri sebagai target intervensi
agar Hipertensi dapat dikendalikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar